Sabtu, 08 Mei 2010

komunikasi litas budaya dalam resolusi pada pernikahan antar budaya

BAB I

PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang

Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya. Seluruh apa yang difikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat. Makna budaya pada hari ini dibatasi dengan maksud lagu, muzik, tarian, lakonan dan kegiatan seumpamanya.

Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban. Konflik budaya seperti yang sering terjadi diberbagai kota maupun dipedalaman, menunjukkan betapa pentingnya pengetahuan tentang budaya etnis, kelompok usia, kelompok agama maupun kelompok tradisi tertentu ditanah air.

Bangsa Indonesia telah mengenal hubungan antar budaya yang harmonis sejak nenek moyang menduduki kepulauan Indonesia ratusan abad yang lalu, namun kini setelah banyak cendekiawan, ulama, politisi, pengusaha maupun ahli hukum yang berwawasan modern, tetap saja sifat instinktif yang residual primitif muncul ke permukaan. Lebih-lebih disaat berbagai konflik kepentingan menyeruak dalam kehidupan bangsa, seperti konflik politik, bisnis, etnis maupun konflik local primordial.

Berbagai peristiwa yang terjadi akibat konflik kepentingan etnis di nusantara akhir-akhir ini seolah-olah menjadi trend dunia. Jika di Afrika terjadi pertikaian etnis antara suku Tutsi dan suku Hutu ( Ruwanda – Burundi ), suku Kurdi di Turki, suku Tamil di Ceylon, maka di Indonesia juga sering terjadi pertikaian etnis seperti Madura, Makassar, Banten, Dayak, Melayu ( Kalbar ) dan suku-suku di Irian ( Papua ). Penyebab utamanya adalah Komunikasi Antar Budaya yang tersumbat. Sungguh aneh dizaman modern ini bisa terjadi, padahal dizaman kuno hubungan antar etnis sering dilakukan oleh saudagar Cina, Madagaskar, India dan bangsa lainnya tanpa pertumpahan darah bahkan sering terjadi perkawinan antar etnis untuk melanggengkan tali kekeluargaan. Kita kenal komunikasi antar budaya Cina ke Eropah dan Asia dengan “ Jalur Sutera, “ yang selain bermisi dagang juga memiliki misi budaya.

Tahap awal komunikasi dilakukan dengan bahasa tubuh, isyarat raut wajah, gerak anggota tubuh ( tangan, mata dll ) sebagai bahasa nonverbal. Kemudian dengan kecerdasan akalnya manusia mulai belajar bahasa etnis lain, sehingga memudahkan komunikasi antar etnis dimuka bumi ini. Kini dengan bantuan kemajuan teknologi komunikasi manusia semakin, cerdas, lugas dan lancar berkomunikasi. Namun demikian lagi-lagi pada saat terdesak oleh kepentingan individu, manusia yang cerdas, alim dan beragamapun kembali menjadi primitif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar